Sabtu, 05 Maret 2016

Rabu, 04 November 2015 11:07
Buaya "Berpesta" di Mahakam

Cabik-cabik Jasad ABK Tongkang

SAMARINDA. Dua buaya berukuran 1,7 meter dan 1 meter muncul ke permukaan Sungai Mahakam yang sedang surut di kawasan Palaran, pukul 15.30 Wita, kemarin (3/11).
Buaya yang tak diketahui dari mana asalnya itu, terus mendekat ke tepi sungai. Rupanya kedua buaya itu tengah mengincar sesosok mayat pria yang terdampar di pinggir sungai. Warga yang menyaksikan kemunculan dua buaya itu, segera mengusir dengan menggunakan kayu dan batu yang dilemparkan ke arah sungai.
Buaya itu pun pergi menjauh dari jasad Okky, salah seorang Anak Buah Kapal (ABK) Tongkang Dani 9 milik PT Dani Samudra Darma Lein.
Meski menjauh, namun dua buaya itu sepertinya sudah lebih dulu menyantap bagian tubuh pria asal Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ini. Karena, bagian mulut hingga ke bawah di mata Okky tampak luka bekas gigitan buaya.
Warga yang khawatir buaya kembali menjadikan jasad Okky sebagai santapan, buru-buru melapor ke polisi. Jasad pemuda berusia 34 tahun itu gosong karena sinar matahari. Jasadnya ditemukan di tepi Mahakam di Jalan Gotong Royong, RT 24, Palaran.
Polsekta Kawasan Pelabuhan (KP) Samarinda yang datang ke lokasi penemuan jasad Okky. Aparat kesulitan mengevakuasi jasad Okky dengan menggunakan speedboat. Jarak sungai yang surut dengan lokasi penemuan sekitar 30 meter.
Tak seorang pun warga di pinggir sungai berani turun untuk membantu mengevakuasi jasad Okky. Warga khawatir buaya yang terus mengintai dari dalam sungai tiba-tiba menerkam.
Polisi pun akhirnya memastikan buaya tak mendekat saat jasad Okky dievakuasi. Caranya, aparat terus mengusir dua buaya itu dari lokasi penemuan awal.
Jasad Okky lantas dievakuasi ke darat. Lalu jasadnya dibawa diangkut ke ambulans menuju kamar jenazah di RSUD AW Sjahranie.
Saat ditemukan, jasad Okky yang sudah membengkak dan tampak mulai menghitam akibat terbakar panas matahari. Posisinya terlentang tanpa mengenakan baju, hanya mengenakan jeans pendek berwarna biru.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol M Setyobudi Dwi Putro, melalui Kasubag Humas Iptu Agus Setyo D menuturkan, belum diketahui apakah Okky sebelumnya lebih dulu jatuh ke sungai atau memang tewas digigit buaya.
"Nanti dokter forensik yang memastikan dugaan itu," kata Agus.
Kasus penemuan jasad Okky telah ditangani Polsek KP Samarinda. (oke/nha)



Cerita menegangkan KM Karya Indah tenggelam di Sungai Mahakam
Ilustrasi kapal tenggelam. ©shutterstock.com
Merdeka.com - KM Karya Indah tenggelam di Sungai Mahakam, Rabu (17/4) petang. 1 Orang tewas, sementara puluhan masih hilang. Manifes penumpang yang tidak jelas menyulitkan petugas memastikan berapa jumlah penumpang di kapal itu.

Mariamah, korban selamat dari tenggelamnya KM Karya Indah di Sungai Mahakam mengatakan nakhoda kapal telah memberikan instruksi supaya para penumpang menyelamatkan diri, setelah air sungai sudah mulai masuk ke kapal tersebut.

"Kapal motor memang terkena ombak sungai yang tinggi dan menyebabkan sebagian air masuk ke dalam kapal, tak berapa lama Nakhoda mencoba memutar haluan untuk mencari jalan pintas ke daratan terdekat, namun air semakin meninggi dan kemudian ada instruksi dari Nakhoda, supaya penumpang menyelamatkan diri," tutur Mariamah (42 tahun), karyawan kontrak PT Kalamour, Rabu (17/4) malam, usai kejadian.

Karena begitu paniknya, Mariamah yang posisinya berada di tengah deretan penumpang berebut untuk menyelamatkan diri, dan tak berapa lama air masuk ke kapal mulai meninggi dan posisi kapal mulai miring.

"Saya sudah tidak ingat diinjak berapa orang karena semuanya berebutan, untuk melepaskan diri sampai saya harus melepaskan baju seragam, agar bisa timbul di permukaan air," tutur Marimah yang mengaku tidak bisa berenang.

Begitu kepalanya bisa muncul di permukaan air, dia melihat di sekitarnya masih ada bangkai kapal dalam posisi setengah miring, dan di situ dia melihat temannya sudah berada di atas atap kapal motor tersebut.

"Teman saya yang menarik tangan saya, sehingga saya bisa bertahan di atas atap, dan kemudian diselamatkan oleh petugas," tutur dia.

Ditanya soal standar keselamatan kapal, seperti halnya penyediaan baju pelampung, dia mengaku tidak tahu secara pasti.

Namun ketika sudah berada di atas atap, dia sempat melihat beberapa temannya yang selamat memakai baju pelampung.

"Saya tidak tahu soal penyediaan baju pelampung, namun ada beberapa teman saya yang pakai ketika menyelamatkan diri," tuturnya.

Kapal motor tersebut dikabarkan mengalami kebocoran di bagian depan hingga menyebabkan keretakan yang mempercepat air masuk ke kapal.

Mariamah yang saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Trauma Cente Loa Janan, dan ditunggui oleh sanak keluarganya mengaku masih merasa sesak dan sulit untuk bernapas normal.

"Katanya dokter, masih banyak air di dalam perut, mungkin terlalu banyak saya minum air sungai ketika mencoba menyelamatkan diri," tegasnya.

Kapal Motor Karya Indah merupakan kapal penumpang yang mengangkut karyawan perusahaan plywood PT Kalamour, dari Dermaga Kalamour menuju Dermaga Loa Janan yang berjarak kurang lebih 500 meter menyisiri Sungai Mahakam.

Dari keterangan karyawan menyebutkan, ketika sore hari bertepatan dengan jam pulang perusahaan, biasanya kapal penumpang tersebut selalu dipenuhi sesak oleh penumpang.

"Semuanya berebut untuk bisa naik duluan, ya maklum usai kerja mereka langsung ingin cepat pulang ke rumah, makanya saya kadang takut sendiri," terang Sriatun yang sudah dua bulan keluar dari perusahaan kalamour tersebut.
[ian]

Cerita Rakyat Kalimantan Timur Indonesia – Legenda Ikan Pesut

Saturday, September 5th, 2015 - Kalimantan Timur
legenda-pesut-mahakamSungai Mahakam ialah sungai yang terkenal di Kalimantan Timur. Menurut cerita rakyat sungai mahakam terdapat seekor ikan pesut. namun ikan pesut bukanlah ikan biasa melainkan ikan jelmaan manusia.
Pada zaman dahulu di sebuah dusun di rantau Mahakam, ada sebuah keluarga kecil yang sangat bahagia. Mereka terdiri dari sepasang suami-istri dan dua orang putra dan putri. Kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi dari hasil kebun yang ditanami berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Begitu pula segala macam kesulitan dapat diatasi dengan cara yang bijaksana.
Suatu hari sang Istri terserang oleh suatu penyakit.  Sudah banyak tabib yang mengobati, namun penyakit tersebut tak kunjung sembuh sehingga sang Istri meninggal dunia. Meninggalnya sang Istri, kehidupan keluarga ini mulai tak terurus lagi. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sang ayah menjadi pendiam dan pemurung, sementara kedua anaknya selalu diliputi rasa bingung, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Keadaan rumah dan kebun mereka kini sudah tak terawat lagi. Beberapa sesepuh desa telah mencoba menasehati sang ayah agar tidak larut dalam kesedihan, namun nasehat-nasehat mereka tak dapat memberikan perubahan padanya. Keadaan ini berlangsung cukup lama.
Seperti biasanya di dusun tersebut kembali diadakan pesta adat panen. Berbagai pertunjukan dan hiburan kembali digelar. Dalam suatu pertunjukan seni, terdapatlah seorang gadis yang cantik dan mempesona sehingga selalu mendapat sambutan pemuda-pemuda dusun tersebut bila ia beraksi. Mendengar berita yang demikian itu, tergugah juga hati sang Ayah untuk turut menyaksikan bagaimana kehebatan pertunjukan yang begitu dipuji-puji penduduk dusun hingga banyak pemuda yang tergila-gila dibuatnya.
Perlahan-lahan sang ayah berjalan mendekati tempat pertunjukan dimana gadis itu akan bermain. Sengaja ia berdiri di depan agar dapat dengan jelas menyaksikan permainan serta wajah sang gadis. Akhirnya pertunjukan pun dimulai. Berbeda dengan penonton lainnya, sang ayah tidak banyak tertawa geli atau memuji-muji penampilan sang gadis. Walau demikian sekali-sekali ada juga sang ayah tersenyum kecil. Sang gadis melemparkan senyum manisnya kepada para penonton yang memujinya maupun yang menggodanya. Suatu saat, akhirnya bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang Ayah tadi. Kejadian ini berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang Ayah dari dua orang anak tersebut dan mereka bersepakat untuk menikah.
Setelah mendapat restu dari sesepuh dan kedua anaknya, akhirnya mereka melangsungkan pernikahan sepekan setelah pesta adat tersebut. Ternyata benar, kehidupan mereka membaik setelah memiliki ibu tiri. Wanita itu rajin memasak, ia juga merawat mereka dengan baik. Namun keadaan itu tak berlangsung lama. Beberapa tahun kemudian, ibu tiri mereka mulai menunjukkan sifat-sifat aslinya. Ia menjadi kejam, setiap hari kedua anak itu disuruh bekerja keras. Ia juga tak lagi memasak. Anak-anak itu hanya diberi makanan sisa. Ayah mereka tak berani berkata apa-apa, ia takut jika istrinya itu pergi.
Hingga suatu hari, wanita itu memutuskan untuk berhenti merawat kedua anak tirinya. Jadi, ia menyusun sebuah rencana jahat.
“Hari ini, kalian harus mencari kayu bakar sebanyak-banyaknya. Jumlahnya harus tiga kali lipat dari yang kalian bawa kemarin! Jangan berani pulang jika belum mengumpulkan kayu sebanyak itu!” perintahnya.
Kedua anak itu tak berani membantah, dengan patuh mereka segera berangkat ke hutan. Hari sudah sore, tapi kayu yang mereka kumpulkan masih sedikit. Teringat pesan ibu tirinya, mereka pun tak berani pulang ke rumah. Bahkan mereka memutuskan untuk menginap di hutan. Untunglah, ada pondok yang kosong. Dengan perut keroncongan, mereka tidur kelelahan.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan pekerjaan. Tanpa putus asa, mereka terus mengumpulkan kayu bakar hingga akhirnya terkumpul juga. Namun kedua anak itu nyaris pingsan karena kelelahan dan kelaparan.
Mereka tergeletak lemas, seorang kakek tua yang kebetulan lewat menghampiri mereka.
“Kalian kenapa? Mengapa wajah kalian pucat sekali?” tanya kakek itu.
Kedua anak itu menceritakan semuanya pada si kakek. Karena iba, ia menunjukkan tempat pohon buah-buahan. Mereka mengikuti petunjuk kakek tersebut dan dengan lahap memakan buah-buahan tersebut. Setelah tenaga mereka pulih, kedua anak tersebut bergegas pulang.
“Ayah, Ibu, kami pulang. Lihatlah kayu yang kami bawa ini, rasanya cukup untuk persediaan satu bulan,” teriak anak laki-laki.
Sementara adik perempuannya sibuk menata kayu di dalam rumah. Namun aneh, tak ada sahutan.
Mereka mencari orangtua mereka ke kamar, tapi tidak ada. Mereka melihat lemari baju orangtua mereka telah kosong, dan beberapa perabot rumah pun telah hilang. Sadarlah mereka, bahwa ayah dan ibu tiri mereka telah pergi secara diam-diam.
Mereka menangis sejadi- jadinya. Para tetangga yang mendengar datang untuk menanyakan apa yang terjadi. Mendengar cerita keduanya, para tetangga merasa iba menawarkan untuk tinggal bersama mereka. Namun kedua anak itu menolak. Mereka bersikeras untuk mencari ayah clan ibu tirinya.
Keesokan harinya, kedua anak itu memulai pencarian. Mereka berjalan keluar masuk desa tanpa kenal lelah. Pada hari ketiga, bekal mereka teIah habis. Mereka singgah di sebuah rumah untuk menumpang makan dan minum. Si pemilik rumah adalah seorang kakek yang baik hati. Ia menanyakan maksud dan tujuan mereka.
“Rasanya Kakek tahu ke mana orangtua kalian pergi. Beberapa hari yang lalu, Kakek melihat seorang pria dan wanita menyeberang sungai. Mereka membawa banyak barang.” kata si Kakek setelah mendengar cerita mereka.
“Benarkah? Kalau begitu, kami harus segera menyeberang sungai, Kek,” jawab sang anak laki-laki. Si Kakek meminjamkan perahunya. Dengan memberanikan diri, mereka mengeberangi sungai.
Anak-anak itu bergantian mendayung perahu. Tak terasa, sampailah mereka di seberang. Setelah menambatkan perahu, mereka pun mulai mencari. Mereka menyusuri dusun yang sepi itu, sampai akhirnya menemukan sebuah rumah yang sepertinya baru saja dibangun. Mereka mendekati rumah itu dan memanggil-manggil ayah mereka. Karena tak ada jawaban, mereka memasuki rumah itu. Dan benar saja, di dalam mereka melihat perabotan mereka yang hilang serta baju ayah dan ibu tiri mereka.
Kedua anak itu sangat senang. “Akhirnya kita menemukan orangtua kita, Dik,” kata sang anak laki-laki.
“aku senang sekali. Tapi sekarang aku lapar, aku ingin makan,” jawab adiknya. Mereka pergi ke dapur. “Ah, ini ada sepanci bubur panas. Rupanya Ibu lupa memadamkan apinya,” teriak sang anak perempuan. Cepat-cepat mereka makan dengan lahap. Sekejap saja, bubur itu kandas tak bersisa.
Setelah makan, kedua anak itu berbaring untuk beristirahat. Namun keanehan terjadi pada diri mereka. Tiba-tiba saja suhu tubuh mereka menjadi panas, sepanas bubur yang baru diangkat dari api tadi. Karena tak tahan dengan rasa panasnya, mereka Iari ke arah sungai. Sepanjang perjalanan menuju sungai, kedua anak itu memeluk pohon-pohon pisang yang mereka temui. Mereka berharap, dengan memeluk pohon pisang, panas tubuhnya akan berkurang. Memang benar, tubuh mereka sangat panas. Buktinya, daun dan batang pohon pisang yang mereka peluk itu langsung Iayu, tapi panas tubuh mereka tak berkurang juga.
Begitu tiba di sungai, kedua anak itu langsung menceburkan diri. Sementara itu, ayah dan ibu tiri mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Mereka heran melihat banyaknya pohon pisang yang Iayu.
Sesampainya di rumah, mereka terkejut melihat pintu rumah terbuka. Sang ibu tiri buru-buru memeriksa dapur. Ia berteriak kalau bubur yang ia masak telah habis tak bersisa. Sang ayah yakin, anak-anaknya telah menemukannya. Ia lalu pergi mencari mereka.
Pasangan itu berjalan dengan mengikuti arah pohon-pohon pisang yang telah Iayu dan tiba di sungai. Mereka melihat dua ekor ikan yang bergerak ke sana-kemari sambil menyemburkan air dari kepala. Betapa terkejutnya pria itu. Ia yakin, kedua ikan itu adalah anaknya. Namun ia Iebih terkejut lagi ketika menoleh dan sang istri sudah tidak ada lagi di sampingnya. Sekarang sadarlah ia, bahwa istrinya bukanlah manusia biasa. Ia menyesal kenapa dulu tidak menanyakan asal-usul istrinya sebelum menikah.
Sejak saat itu, oleh masyarakat setempat, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan pesut.
dongeng Legenda Ikan Pesut cerita rakyat kalimantan cerita rakyat kalimantan timur legenda kalimantan timur cerita rakyat kalimantan timur legenda pesut mahakam dongeng legenda cerita rakyat kaltim kumpulan cerita rakyat kalimantan timur Cerita rakyat dari kalimantan legenda pesut mahakam asal usul ikan pesut cerita rakyat dari kalimantan timur legenda kalimantan asal mula ikan pesut cerita legenda ikan pesut cerita legenda kalimantan timur cerita ikan pesut cerita rakyat kalimantan timur singkat cerita rakyat dari kaltim dongeng terkenal di kalimantan timur
Taman Nasional Kutai
Rute di hari ketiga diawali dengan mendatangi dua sekolah. Sempat mengambil beberapa data yang diperlukan untuk keperluan redaksional. Sekitar pukul 10.30, perjalanan pun dilanjutkan. Sempat berencana ke Taman Nasional Kutai. Sempat singgah di pintu utamanya pula. Dan yang terjadi sesaat berikutnya adalah, saya banyak berdoa. Berharap tidak perlu memasuki TNK. Berharap tidak ada petugas yang menjaganya sehingga tidak jadi masuk ke dalamnya.
Seorang rekan kantor sempat mengetuk-ngetuk pintu rumah yang ada persis di pintu masuk TNK. Namun, tak satu pun yang menyahut. Padahal, kami mendengar tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Tidak ada petugas yang menjaga di bagian loket. Tempat itu pun sangat berkesan angker, menurut saya. Gelap sekali padahal hari masih siang. Pepohonan tinggi dan sepertinya tidak nampak langit. Ada anak panah tanda masuk yang mengarahkan pada sebuah jalan bambu, mungkin pintu masuk menuju TNK. Jujur saja, saya tidak berani melangkah lebih dari lima langkah di situ. Suara-suara berbagai jenis hewan pun terdengar.
Saya lega ketika akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Perjalanan dari Sangatta menuju Samarinda pun diteruskan. Saya juga lega perjalanan kembali ke Samarinda dilakukan siang hari. Rasanya lebih aman dibandingkan malam hari. Di tengah jalan, saya dibuat takjub melihat beberapa pedagang yang menjual pisang tanduk berukuran sebesar tangan adik saya. Hahaha. Adik saya gendut, fyi. Itu artinya, pisangnya besaarrrr banget. Hahaha. Karena penasaran, rekan kantor saya membelinya. Saya pun dioleh-olehin empat buah pisang.
Saya sempat mampir di kantor rep di Bontang. Memasuki kota ini, sangat terlihat berbeda dibandingkan dengan Sangatta. Tertata rapi. Dan, oh, di pom bensin di Bontang lah, saya mendapatkan Nescafe kaleng, yang sanggup memenuhi kerinduan saya akan kopi (bukan kopi hitam).
Hari sudah sore ketika akhirnya tiba di Samarinda. Sempat mampir di pasar yang menjual berbagai kerajinan batu, oleh-oleh khas Samarinda. Saya tidak begitu tertarik membelinya. Yang teringat di kepala saya cuma kain batik untuk kedua orang tua, seperti ketika kakak saya datang ke Samarinda dan membelikan mereka kain batik.
Akhirnya bisa tidur di kamar hotel yang nyaman. Karena sudah terlalu lelah, makan malam pun dilakukan dengan memesan makanan dari restoran di hotel. Not bad. Harganya pun sangat terjangkau. Untuk seporsi mi goreng yang penuh dengan isi dan akhirnya saya tidak sanggup menghabiskannya, kalau tidak salah itu hanya sekitar Rp30.000,00.
Museum Mulawarman
Keesokan harinya, setelah mampir ke kantor cabang di Samarinda, saya diajak ke Tenggarong, sekitar 45 menit dari Samarinda. Tenggarong termasuk kota besar dan tampilannya menurut saya lebih rapi daripada Samarinda.
Di sini, saya berkunjung ke Museum Mulawarman. Museum ini menampilkan berbagai koleksi pencerminan kebudayaan Kalimantan Timur. Bangunan induk museum ini merupakan bekas Keraton Kutai Kertanegara yang dibangun oleh Holland Beton Matscappy tahun 1935. Saya lupa berapa biaya masuk ke museum ini. Namun yang pasti, sama halnya dengan museum-museum yang ada di Jakarta, harganya sangat murah.
See me? (@ Museum Mulawarman)
Soal makan, saya puas makan seafood selama berada di Sangatta maupun Samarinda. Siang itu, saya makan di sebuah restoran di tepi Sungai Mahakam. Menunya sudah pasti seafood, seperti udang, ikan, dan cumi-cumi.
Selesai makan siang, museum berikutnya yang dikunjungi adalah Museum Kayu. Tiket masuknya hanya seribu rupiah. Murah ya? Sesuai namanya, museum ini punya sejumlah koleksi jenis kayu. Ada pula dummy rumah adat maupun alat kesenian khas Kalimantan. Di bagian tengah, ada dua buaya muara yang diawetkan. Katanya sih, kedua buaya itu pernah makan orang. Ih, bergidik saya melihatnya. Setelah diawetkan saja ukurannya masih besar sekali. Apalagi aslinya!
Museum Kayu
Sebelum akhirnya kembali ke kantor cabang di Samarinda untuk selanjutnya menuju Balikpapan, saya sempat berkunjung ke kantor dinas pariwisata setempat dan mengabadikan foto jembatan di Tenggarong.
Nah, di taman di pinggir Sungai Mahakam ini lah, menurut saya, pas buat jadi tempat hang out. Tapi, kenapa mesti dicoret-coret dengan tulisan yang enggak penting sih?
See? Kenapa sih mesti ada coretan nggak penting?
Ketika akhirnya tiba di Balikpapan dan check in di hotel, waktu sudah menujukkan pukul 20.30. Melelahkan dan ingin segera kembali ke Jakarta keesokan siang.
Sebelum menuju bandara, saya sempat mengunjungi pusat penangkaran buaya. Katanya tersedia lebih dari seribu buaya di tempat itu. Iiihhh seram juga loh sebenarnya melihat buaya-buaya yang sepertinya cuma diam saja itu. Apalagi kalau mendadak ia menggerakkan badan. Hiiii…ngeri kalau tiba-tiba buaya meloncat dan menerkam. Oh, ada sate buaya! Ihhh, kayak apa rasanya ya? Tapi, apapun rasanya, sepertinya saya ogah memakannya deh. It’s a big no no.
Pantai Segara Sari Manggar
Jalan-jalan selanjutnya di Balikpapan adalah Pantai Segara Sari Manggar. Enggak banyak yang bisa dinikmati di sini. Matahari nampak bersinar narsis kala itu. Mungkin karena masih jam 09.00 pagi, tempat itu masih sepi. Namun, katanya, kalau akhir pekan atau sore hari, tempat itu ramai. Sejumlah permainan air pun ada di tempat ini, seperti banana boat.
Perjalanan selama lima hari Kalimantan Timur pun resmi berakhir ketika akhirnya tiba di bandara dan siap kembali ke Jakarta. Mungkin suatu hari, perbendaharaan saya akan Kalimantan akan bertambah, ditandai dengan kunjungan ke kota-kota lainnya. Semoga. Entah kenapa di akhir tulisan ini, saya mau bilang, ini Indonesia, negara saya berpijak.

Flashback: Foto sepasang naga Kutai yang menggemparkan warga

Lebih dari satu tahun yang lalu, kompas.com memuat sebuah berita (yang diambil dari tribun kaltim) mengenai penampakan sepasang naga/ular raksasa di wilayah Kutai Barat. Berita ini disertai sebuah foto.


Pada hari ketika berita itu dimuat kompas.com, seorang pembaca mengirim sebuah email mengenai hal ini dan meminta saya untuk mempostingnya. Ketika saya membaca berita tersebut dan melihat foto yang disertainya, saya tidak terkesan sama sekali karena bagi saya foto itu jelas terlihat seperti sebuah karya photoshop. Jadi, saya tidak punya niat untuk mempostingnya.

Namun masalahnya adalah, setelah lebih dari satu tahun, saya masih saja menerima pertanyaan mengenai foto ini. Jadi untuk menjawab pertanyaan sebagian pembaca yang masih penasaran, saya akan mengomentari foto tersebut dengan menyertakan alasan mengapa saya percaya kalau foto tersebut adalah sebuah rekayasa.

Bagi kalian yang belum pernah mendengar berita ini, berikut cuplikan dari kompas.com tanggal 5 Februari 2010. Kompas mengambil berita ini dari kaltim.tribun.co.id yang masih merupakan media grup Kompas.
KOMPAS.com — Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.

Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).


Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.


Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.


Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.

Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.

Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.

Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.

Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa. Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.

Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.

Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.

Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.
Saya merekomendasikan kalian untuk membaca berita tersebut secara penuh dengan mengklik link yang saya sertakan di atas.

Saya yakin, beberapa dari kalian yang melihat foto tersebut akan segera tertawa. Tidak heran, saya memang percaya ada orang yang memiliki kepekaan terhadap sebuah rekayasa, apalagi rekayasa yang "kasar".

Namun bagi kalian yang tidak memiliki kepekaan itu dan ingin mengetahui alasan yang lebih jelas, saya akan berikan tiga alasan mengapa saya yakin kalau foto tersebut adalah hasil rekayasa.

Alasan pertama adalah, adanya bekas-bekas sentuhan photoshop pada tubuh ular tersebut.

Bahkan jika kita hanya melihat dengan sekilas, kita bisa melihat adanya blur pada tubuh ular tersebut. Blur ini tidak terlihat pada kepala ular.

Ini wajar karena tubuh ular yang berada di dalam air akan lebih sulit direkayasa dibandingkan bagian kepala yang berada di atas permukaan air. Mungkin sang perekayasa menggunakan efek blur atau smudge pada photoshop untuk menciptakan efek riak air. Namun usaha ini tidak berhasil karena bagian tersebut terlihat tidak alami dan berbeda dengan sekitarnya.

Alasan kedua adalah, kesaksian yang meragukan.

Saya kutip:
"Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter."
Menurut kesaksian seorang warga, ada dua naga yang terlihat dan masing-masing memiliki empat kaki.

Agak mengherankan jika disebutkan ada dua naga yang terlihat sedangkan hanya ada satu naga di dalam foto.

Namun, anggaplah kalau kedua naga ini memang tidak saling berdampingan. Naga jantan yang bertanduk berada jauh di depan sehingga tidak terpotret. Kalau begitu, pertanyaannya selanjutnya adalah:

"Bagaimana para saksi bisa mengetahui kalau naga itu memiliki empat kaki?"

Bukankah kaki mereka berada di dalam air yang coklat berlumpur?

Bagaimana cara mereka melihatnya?

Apakah naga tersebut sempat berenang dengan gaya punggung?


Lalu, mungkin dari kalian ada yang berargumen: "Bisa saja kesaksian dan foto itu tidak saling berhubungan. Foto itu benar diambil di Riam Haloq, sedangkan kesaksian yang dikutip kompas.com merujuk ke naga yang lain."

Memang benar, bisa seperti itu. Namun sang wartawan mengindikasikan kalau keduanya saling berhubungan. Bukankah begitu?

Alasan ketiga adalah, posisi kepala sang naga.

Salah satu alasan mengapa saya langsung menganggap foto ini hasil rekayasa adalah karena posisi kepala ular yang tidak alamiah (selain karena bentuk kepalanya yang lebih menyerupai bebek ketimbang naga).

Posisi yang tidak alamiah ini mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu ingin menciptakan "efek ular" atau ingin menciptakan "efek monster danau".

Yang saya maksudkan dengan efek ular adalah posisi seperti kobra yang siap menyerang. Jika ia membuat foto dengan kepala seperti itu, orang yang melihatnya akan langsung teringat dengan ular.

Sedangkan efek monster danau adalah usaha untuk mengasosiasikan makhluk tersebut dengan monster danau yang paling terkenal di dunia, yaitu Nessie.

Nessie sendiri adalah monster danau yang paling terkenal di dunia yang dipercaya hidup di Danau Ness (Lochness), Skotlandia.

Imajinasi orang mengenai rupa makhluk ini dibentuk oleh foto yang disebut Surgeon Photo.

Walaupun foto ini terbukti hoax, namun masyarakat dunia terlanjur mengasosiasikan monster danau dengan leher panjang yang menjulur keluar dari air sehingga foto-foto hoax monster danau berikutnya selalu dibuat dengan posisi kepala dan leher seperti ini.

Masalahnya adalah, posisi leher dan kepala Nessie pada Hoax Surgeon Photo lebih masuk akal karena Nessie dipercaya sebagai Plesiosaurus.

Dalam kasus kita kali ini, makhluk yang dibicarakan adalah seekor ular/naga sehingga posisi leher atau kepalanya menjadi tidak tepat.
Berikut ini adalah contoh posisi kepala ular yang berenang di air.

Ular tidak pernah berenang dengan posisi kepala 90 derajat dengan permukaan air.

Pernahkah kalian menyaksikan sebuah film dokumenter mengenai ular?

Ketika ular itu bergerak/merayap, bagaimana posisi kepalanya?

Tentu saja sejajar dengan tanah.

Sama halnya dengan ketika ia berenang. Ia hanya memunculkan kepalanya sedikit untuk bernafas.

Menariknya, artikel ini juga menyebutkan mengenai adanya foto ular sepanjang 33 meter di utara Kalimantan yang didapat tahun 2009.

Mengenai foto-foto ini, saya sudah pernah mempostingnya. Ini juga hoax. Kalian bisa membacanya disini: Rekayasa Ular Raksasa Borneo.

Paling tidak, perekayasa foto ular sepanjang 33 meter tersebut membuat posisi kepala ular dengan benar. Mungkin karena ia merekayasanya dengan meniru gerakan ular yang asli.

Itulah tiga alasan mengapa saya menganggap foto itu sebagai sebuah rekayasa.

Sekarang pertanyaan berikutnya adalah, dari mana kompas.com mendapatkan foto tersebut?

Karena kompas.com menyebutkan sumber berita tersebut adalah tribun kaltim, maka masuk akal jika mereka mendapatkannya dari media tersebut. Saya berusaha menemukan berita awalnya di tribun kaltim dengan mengikuti beberapa link yang dicantumkan blog dan situs yang memuat berita ini, namun sayangnya, berita mengenai sepasang naga ini sudah lenyap dari situs tersebut.

Inilah Foto Naga/Ular Raksasa Di Sungai Mahakam (Kaltim)

 
 
 
 
 
 
432 Votes

image Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.
Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).
Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.

Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.
Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.
Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter.
Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kemunculan naga bagi Suku Dayak adalah sebuah pertanda, yakni pemberitahuan akan turun hujan lebat yang diiringi banjir yang terjadi tiga hari setelah kemunculan ular raksasa. Hal itu lebih meyakinkan karena sejak Senin (1/2/2010) hingga Rabu (3/2/2010), air Sungai Mahakam meluap dan mengakibatkan banjir yang melanda beberapa kecamatan di sepanjang Sungai Mahakam, di antaranya Long Bagun, Laham, Long Hubung, Long Iram, Tering, Melak, Muara Pahu, Penyinggahan, dan Mook Manaar Bulatn.
Sulit akses
Kampung Long Tuyoq terletak di Kecamatan Long Pahangai. Memiliki luas 126,95 kilometer persegi dan dihuni mayoritas Suku Dayak Bahau Busang. Mereka tinggal di sepanjang Sungai Mahakam dengan mata pencarian sebagai petani tadah hujan, karet, vanili, berburu, dan penambang emas tradisional.
Long Tuyoq merupakan daerah yang terpencil sehingga akses menuju ke sana cukup sulit. Dari Samarinda jika menggunakan pesawat kecil DAS, membutuhkan waktu 1 jam hingga di Datah Dawai. Setelah itu harus melanjutkan perjalanan dengan ketinting menuju hilir Sungai Mahakam, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jika menggunakan longboat butuh waktu 1 jam.
Sementara jika menggunakan kapal motor (taksi air) dari Samarinda menuju Long Bagun membutuhkan waktu dua hari. Dari Long Bagun dilanjutkan dengan menggunakan speedboat, tarifnya Rp 500.000 per orang, sedangkan longboat Rp 400.000 per orang.
Butuh waktu 12 jam dari Long Bagun sampai di Long Tuyoq. Jalur sungai yang dilewati penuh tantangan dan risiko karena harus menghadapi keganasan riam-riam yang ada di sepanjang Sungai Mahakam. Riam yang dikenal paling ganas adalah Riam Panjang dan Riam Udang, di sana terdapat batu-batu karang yang tajam serta pusaran air yang siap menelan perahu jika tak berhati-hati melintas. Di kanan-kiri Sungai Mahakam menuju Kampung Long Tuyoq ditumbuhi pohon-pohon besar seukuran tubuh kerbau.
Ular 33 meter
Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.
Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.
Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa.  Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.
Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.
Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.
Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.
Berdasarkan legenda yang hidup di masyarakat setempat, memang dipercaya tentang adanya ular besar di kawasan tersebut yang bernama Nabau. Menurut kepercayaan, Nabau merupakan ular dengan panjang 80 meter dengan kepala naga dan tujuh lubang hidung. Masyarakat desa yang tinggal di Sungai Baleh Borneo memercayai makhluk mistik tersebut. Selain itu, masyarakat memang sering melihat ular-ular besar di kawasan itu.
Nah, bila kedua foto itu asli, apakah ular yang terlihat itu sejenis piton atau anaconda? Hingga kini memang belum ditemukan adanya anaconda di Kalimantan.
Rekor ular terpanjang saat ini memang anaconda (eunectes) dari Amazon. Anaconda merupakan keluarga boa. Panjang anaconda yang terbaru ditemukan adalah 50 kaki, tetapi para ilmuwan percaya ada anaconda yang panjangnya 80 kaki, bahkan 100 kaki dari temuan kulit ular tersebut oleh sebuah ekspedisi ilmuwan Inggris tahun 1992. Dalam keluarga anaconda, menurut situs lingkungan Mongabay, yang terbesar adalah anaconda hijau (Eunectes murinus). Panjangnya mencapai 43 meter.
Piton Asia adalah ular terpanjang kedua. Ilmuwan menyebutnya Asiatic reticulated python (Python reticulatus). Piton terpanjang yang ditemukan di kawasan Kalimantan panjangnya 33 kaki dan merupakan rekor dunia sanca terpanjang saat ini. Para ilmuwan percaya panjang piton bisa mencapai 50 kaki atau sekitar 15 meter.
Bedanya, anaconda lebih langsing dan ahli berenang. Sementara piton lebih gemuk dan hanya suka kelembaban, bukan di air. Anaconda menggigit mangsanya sampai mati sebelum menelan, sementara piton menggunakan kekuatannya dengan membalut mangsa sampai tulang-belulangnya hancur atau tak bergerak lagi, kemudian ditelan bulat-bulat.
Awal Februari tahun lalu, para ilmuwan juga menemukan fosil ular seberat sebuah mobil kecil. Ular itu diperkirakan bisa melumat binatang seukuran sapi. Monster sepanjang 45 kaki bernama Titanoboa ini sangat besar dan hidup dengan memakan buaya dan kura-kura raksasa. Beratnya mencapai 1,25 ton. Ia biasa merayap di sekitar hutan-hutan tropis Amerika Selatan 60 tahun silam. (alex pardede/tribunkaltim cetak)
Toni Imang: Naga Raksasa Itu Memang Ada
Munculnya binatang raksasa yang diyakini warga hulu Sungai Mahakam Kalimantan Timur sebagai naga ini dibenarkan oleh drs Toni Imang, Kabag Sosial, Kabupaten Kutai Barat. "Kebetulan yang disebut dalam berita itu adalah kampung halaman saya," katanya saat dihubungi via ponselnya, Jumat (5/2/2010).
Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter, dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.
"Di masyarakat kami di pedalaman hulu Mahakam, binatang itu namanya lengian atau naga air. Sejak saya masih kecil, saya sudah mendengar cerita semacam itu. Secara fisik, saya belum pernah melihat binatang itu. Tetapi telapak naga yang ditinggalkan saat binatang seperti itu melintasi daratan, sawah, atau kolam saya pernah melihat," katanya.
Areal yang dilewati binatang itu biasanya rusak, pematang sawah hancur, tembok-tembok kolam juga terbelah. "Bebatuan saja bisa berantakan. Kami dulu berpikir, apakah terjadi gempa bumi? Mengapa hanya di daerah dekat-dekat sungai atau air, dan sangat lokal yang rusak," katanya.
Toni mendeskripsikan binatang seperti itu sungguh besar dan dianggap binatang ajaib oleh masyarakat setempat. Namun, kehadiran naga raksasa belum pernah terdokumentasi dalam rupa tulisan atau gambar, masih sebatas kabar dari mulut ke mulut. "Jangankan melihat, mendengar namanya saja kami sudah takut," katanya.
Saat ditanya, apakah kemunculan naga raksasa terkait dengan bakal terjadinya bencana atau banjir, Toni Imang mengatakan tidak tahu. "Wah, apa sejauh itu?" katanya seraya tertawa.
LEGENDA ULAR LEMBU DI PUSARAN SUNGAI JEMBATAN MAHAKAM !!Beberapa mitos dan legenda yang ada daerah kami diantaranya yang masih saya ingat adalah mitos atau legenda si ''Ular lembu'',sebelum jembatan Mahakam I dibangun daerah itu terkenal ''angker''namanya''Tenggalung ayam''atau bahasa Indonesia nya ''Jengger ayam''entah kenapa daerah itu disebut demikian ,mungkin karena bentuknya seperti jengger ayam,berkelok-kelok,dipinggiran pantainya,dan terkenal punya pusaran air yang cukup deras dalam bahasa daerah disebut''ulak''[air yang berputar],biasanya kalau dilemparkan ranting kayu,atau benda benda lainnya langsung lenyap dihisapnya.

Disitulah katanya orang orang tua bersemayam si ular lembu tersebut,dibawah pusaran air tersebut,mengapa disebut ular lembu,memang katanya yang pernah melihat mahluk ini adalah badannya seperti seekor  ular dan panjangnya tidak ada yang mengetahuinya,namun hanya kepalanya mirip seekor lembu,namun bukan seperti binatang mitos ''Naga'' karena ular lembu tidak berkaki atau dengan lidah yang menjulur-julur seperti Naga,si ular lembu perpaduan antara ular badannya dan lembu bagian kepalanya.
penampakan Ular lembu di hulu mahakam(benar tidaknya wallahualam)
Suatu ketika ada seorang nelayan yang menyeberang dengan perahu,melihat ada seekor hewan menyeberang,dan dikejarlah dengan perahunya,karena si nelayan mengira rusa atau kijang yang menyeberang,dan ini memang biasa terjadi di sungai Mahakam,hewan hewan seperti,kijang,babi,kancil dll,berenang ke tepian seberang,karena tidak terlalu lebar,hanya sekitar 400 meter,[sebelum ada jembatan Mahakam],dan dengan cepat menghampiri hewan tadi karena wajah hewan tadi seperti lembu dan bertanduk dikira mungkin se ekor sapi[lembu],maka tanduk lembu tadi diikat dengan tali perahu.
Ada yang mulai kelihatan aneh,dari tadi si nelayan tidak melihat badan si lembu cuma kepalanya saja yang di tariknya dengan perahunya,dan saat ia menoleh kebelakang,alangkah terkejutnya si nelayan tadi karena,badan silembu sangat panjang sekali,katanya seperti batang kelapa besarnya dan panjangnya tidak dapat diukur karena sebagian ekornya kedalam air.,dengan pucat pasi si nelayan bergegas memotong tali perahunya yang diikatkan pada kepala si lembu tadi,dan menyeberangkan perahunya kemudian bergegas naik kedarat,sambil berlari-lari minta tolong.
Namun saat para warga berdatangan si ular lembu sudah tidak ada lagi di lokasi yang ada hanya''air sekitar berubah di penuhi oeh buih buih air yang sangat banyak serta bergelombang,padahal saat itu tidak ada kapal yang lewat atau angin kencang !
Setiap malam Jumat dan saat bulan Purnama penuh,katanya beberapa warga terkadang masih melihat kilatan air dan gedebur ombak yang seolah-olah ada  suatu kekuatan raksasa yang bergerak,padahal saat itu sungai dalam keadaan tenang dan angin tidak ber hembus kencang,walaupun ada angin ,juga tidak membuat gelombang besar,karena hanya sebuah sungai saja.
Dan saat pembangunan jembatan Mahakam ,beberapa orang yang terkait dengan proyek ini katanya beberapa kali diberi mimpi yang sama [aneh kan beberapa orang punya mimpi yang sama] ,dengan pesan agar minta sebuah tebusan,yaitu kepala orang,,,namun hal itu tidak mungkin,sehingga para pekerja proyek waktu itu ber inisiatif cukup digantikan dengan mengganti7 kepala sapi dan ditanam di setiap tiang jembatan  tersebut !.
Ternyata katanya sesembahan/sajen, tidak diterima oleh siluman tersebut,dan setelah itu korban mulai berjatuhan para pekerja jembatan Mahakam tersebut,beberapa diantaranya,tewas karena jatuh saat mengerjakan jembatan tersebut,kalau tidak salah ada empat orang salah satunya seorang Insinyur tehniknya,nama nama yang tewas di dalam pembuatan/pengerjaan jembatan Mahakam masih tertera sebagai prasasti di sudut jembatan tersebut.
Demikianlah sekilas mitos si ular lembu penjaga pusaran air lokasi jembatan Mahakam di Samarinda Kalimantan Timur,karena ini hanya sebuah legenda ,maka cukup sekedar dibaca seperti cerita dongeng saja segala sesuatunya hanya Allah Yang Maha Besar,sekian dan terima kasih !!Baca juga tentang   : legenda-kampung-racun-di-kalimantanTimur !